Minggu, 31 Juli 2016

Bimbo, Chrisye dan Berlian Hutauruk

Di era tahun 1970-an, siapa tidak mengenal Group Musik asal Bandung Bimbo didirikan tahun 1967 Bimbo yang diperkuat oleh Samsudin Dayat (Sam), Acil Darmawan (Acil), Djaka Purnama (Jaka) dan  pada Medio 1970-an  Bimbo diperkuat dengan
hadirnya Iin Parlina  adik bungsu mereka dari Yanti Bersaudara. Acil Darmawan salah seorang vokalis Bimbo pada tahun 1974 melemparkan sebuah lagu yang berjudul Sendiri Lagi dimana aransemen lagu ini diserahkan kepada ‘Brian Auger’-nya Indonesia yaitu Indra Rivai mantan keyboardist Philosophy Geng of Harry Roesli dimana Indra begitu piawai meramu komposisi lagu Sendiri Lagi ini bernuansa prog dengan sangat apiknya  disertai balutan suara mandolin yang sangat nuansamatik. Pada awalnya Trio Bimbo banyak dipengaruhi Musik Latin. Lalu merilis album perdana di label Fontana Singapura dengan dengan merilis lagu Melati Dari Jayagiri karya Iwan Abdurachman. Di era tahun 70-an, Bimbo identik dengan lagu-lagu balada yang cenderung berpola minor dengan lirik-lirik puitis.




“Salah satu lagu abadi hasil karya cipta bangsa Indonesia yg tak tergerus oleh waktu. Indah, syahdu, mempesona dan tak mudah terlupakan…!!!. Very nice song…!” .Itulah salah satu komentar para pemerhati Youtube terhadap lagu “Merpati Putih” yang ada dalam album Badai Pasti Berlalu atau tebih dikenal sebagai album BPB.
           Setelah era musik panggung terhempas karena kondisinya sudah tidak menopang lagi disebabkan terjangan music new wave,disco dan pop mellow maka dengan membawa perangkat musik panggung yang pernah membesarkan mereka seperti moog synthesizer, mellotrone, Hammond B2 dll ke dalam studio, mereka mencoba suatu proyek baru yang mereka tidak sangka menjadi begitu phenomenal hasilnya. Maka pada tanggal 4 Januari 1977. Badai Pasti Berlalu direkam di Studio Irama Mas dengan penata rekaman beken Stanley(Teten)dengan  menghabiskan waktu 21 hari dan menyedot dana sekitar Rp 2 juta. Atau mungkin bila sekarang sekitar Rp.200 juta
            Memang inilah album Indo Pop Progressive  yang oleh banyak veteran anak-anak  muda  era 70-an dikatakan  sebagai  album evergreen yang hingga kini sudah berusia  40 tahun. Inilah album dahsyat yang digarap para raksasa musik prog Tanah Air dimana Wadia Balad yang memperkuat proyek ini adalah Eros Djarot bersama Yockie Soeryoprayogo (arranger/ keyboard/drum), Chrisye (bass/vokal), Fariz Rustam Munaf (drum) dan Debby Nasution sebagai bintang tamu pada keyboard untuk beberapa lagu serta Keenan Nasution Nasution sebagai additional drummer
              Para penggemar music Indo Pop Progressive yang notabene  adalah para veteran anak-anak era 70-an  di youtube mengatakan bahwa  album “Badai Pasti Berlalu” itu suatu maha karya yang tidak akan pernah lekang oleh zaman dimana mereka begitu terkagum akan permainan keyboard dan synthesizer Debby Nasution dalam lagu ‘Khayalku’ itu, mereka menambahkan bahwa group ini sudah menggunakan Hammond organ B2 seperti yang digunakan Procol Harum. suatu hal yang jarang pada zaman itu (bahkan zaman sekarang sekalipun).Debby Nasution yang memang sangat terpengaruh oleh  permainan keyboard Matthew Fisher (Procol Harum) dan  Tony Bank (Genesis) disamping Johann Sebastian Bach dimana dia sangat berhasil didalam memainkan Hammond-nya pada lagu Khayalku  sebuah lagu dengan aransemen yang paling ngeprog dari album Badai Pasti Berlalu itu walaupun ada sisipan melodi pada lagu Pelangi yang dicomot dari lagu After the Ordeal  milik Genesis ungkap Debby secara terus terang pada suatu saat. Dan bilamana kita menyimak versi awal “Khayalku”, otomatis kita akan teringat pada musik klasiknya Johan Sebastian Bach.
           Memang ketika pertama album ini muncul cenderung tidak ada yang menggubris karena jenis suara Chrisye masih tidak lazim ditelinga khalayak yang masih awam dengan dengan warna suaranya akan tetapi para progger lokal dia disebut-sebut sebagai Peter Cetera-nya Indonesia,khalayak saat itu memang sedang demam lagu lagu super mellow keluaran Remaco atau Lolypop tapi karena seringnya stasiun radio kelas wahid yang ada di Menteng dan Kebayoran  seperti Prambors, El Shinta, Amigos,Kejayaan dll. mengumandangkan album ini maka khalayakpun mulai mencari carinya .
             Pada lagu super sendu Merpati Putih yang bisa membuat dada sesak itu  sering sekali di putar di radio Prombors. Pengaruh Patrick Moraz pada permainan keyboard Yockie jelas sangat terasa bila kita mendengarkan lagu E&C&Y. sedangkan gaya gebukannya Fariz RM yang trampil pada drum mengingatkan kita pada Bill Bruford.
             Didalam lagu Merepih Alam sepintas ada kemiripan pada  lagu Procol Harum “A Whiter Shade of Pale“. Bagaimana pula dengan peranan  Berlian Hutauruk saat pembuatan album BPB itu dimana dia mendapatkan jatah lagu Khayalku berduet dengan Chrisye,Matahari, Semusim dan Badai Pasti  Berlalu yang mana lagu lagu itu sesungguhnya berat semua? sedangkan usia Berlian Hutauruk saat itu baru menginjak 18 tahun  di tahun 1977 masih sangat muda tetapi sebagai keturunan Tapanuli yang sangat musikal, kemampuan menyanyi Berlian sungguh luar biasa. Apalagi ia aktif di paduan suara gereja, kemudian berguru pada pemusik-pemusik Batak yang berada di Jakarta. Maka, walaupun di usia belasan tahun itu, suara Berlian Hutauruk sudah benar-benar telah jadi jenis soprano liris.
Berlian Hutauruk sebagai pendamping vocal Chrisye pada lagu Khayalku turut memberi karakter pada album ini yang ternyata perpaduan antara suara tenor Chrisye dan suara sopran Berlian Huaturuk menjadikan lagu ini  memiliki aura prog yang sangat berkelas.
           Penggemar musik Indonesia sudah sepatutnya berterima kasih banyak kepada Eros Djarot yang membuat karya brkualitas itu dimana dia ditopang oleh teman temannya yang memiliki selera dan visi yang sama  seperti Yockie,Chrisye, Fariz RM dan Nasution Bersaudara padahal tahun 1977 teknologi musik masih sangat sederhana. Akses informasi tak secaggih sekarang. Toh, anak-anak muda ini dapat membuat suatu maha karya yang sangat fenomenal dalam khasanah musik Indonesia bahkan di youtube ada yang memberi komentar bahwa untuk 100 tahun kedepan saja belum tentu akan ada lagi  lagu klassik seperti Khayalku yang ada dalam album Badai Pasti Berlalu itu. Dalam Album daur ulang arranger muda Andi Riyantoini  gaya dan cara mereka menyanyi-pun bergaya anak gaul jaman sekarang dengan maksud agar Album daur ulang ini bisa diterima generasi muda tapi bagi para veteran 70-an model musik dan gaya menyanyi seperti yang mereka nyanyikan itu bak sebuah sajian yang dipaksakan dimana ruh klassik dari album aslinya sama sekali tidak dapat terlihat atau dirasakan…atau istilah  londonya telah kehilangan chemistry  dimana tidak ada sentuhan ruh 70-an sama sekali . Dan beberapa bulan yang lalu sewaktu manggung di sebuah Hotel di bilangan Senayan Berlian bersama Yockie Suryoprayogo mendapat sambutan yang sangat meriah terutama oleh para saksi sejarah yang mengalami langsung kejayaan mereka berdua 34 tahun yang lalu dimana mereka namanya menjadi begitu popular dikarenakan “Badai Pasti Berlalu. (MH. Alfie Syahrine)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar